Senin, 17 Juni 2013

Berteman yang baik


Di dalam kehidupan kita harus mengetahui tata cara bergaul/berteman, siapa yang bisa/tau cara bergaul yang baik, InsyaALLAH mereka akan bisa di terima oleh siapa saja. berikut cara bergaul yang baik. semoga bermanfaat.

1. Menghargai Orang lain
Kita sebagai Manusia Yang hidup saling membutuhkan harus bisa menghargai segala bentuk apapun yang ada pada orang lain. Baik itu masalah pendapat, keahlian, maupun sifat dan pribadi dirinya. Jangan sampai keluar kata-kata yang bisa menyinggung orang lain, Kalo kamu mau dihargai oleh orang lain.

2. Bercanda
Memang benar bercanda adalah sesuatu yang asyik pada diri Manusia, Tapi jangan sampai kita Over Low dalam bercanda sama orang lain dan kita harus melihat situasi orang yang mau kita ajak bercanda apakah memungkinkan apa nggak untuk di ajak bercanda.
Kalo pun dia sedang dihadapi dengan kesulitan yang sangat berat kita harus bisa membuat dia tertawa, tersenyum dan merasa nyaman bila berada di samping kita meskipun dalam keadaan yang segmenting mungkin.

3. Menjadi Orang Yang di Percaya
Kalo kita di Percaya oleh Teman/Orang lain, itu bukanlah sesuatu Yang Baik buat kita, emang sih dipercaya oleh teman bisa membuat kita senang, senang karena dipercaya oleh orang lain. Tapi yang membuat kita rada susah yaitu apakah kita bisa menjaga kepercayaan yang di berikan oleh orang lain kepada kita??
Jadi, agar kita bisa memelihara kepercayaan itu salah satu caranya ialah Jangan biasakan menjadi mulut Ember, dan berpikir rahasia orang lain adalah rahasia kita juga.

4. Menjadi Teman Yang bisa diandalkan
Nah ini dia.. apakah kita sudah bisa menjadi teman Yang Baik?
Apakah kita sudah pantas di sebut sebagai seorang teman yang bisa diandalkan? Bisa diandalkan oleh oranglain bila mereka mendapatkan hal yang sangat sulit.
Untuk menjadi teman yang bisa diandalkan memang susah susah Gampang. Cara Gampangnya ialah.. cukuplah memenuhi criteria yang telah disebutkan diatas, yaitu : Kita bisa menghargai Orang Lain, bisa membuat Teman tersenyum dalam keadaan apapun mekipun dalam keadaan yang sangat genting, Menjaga kepercayaan yang diberikan oleh Teman/Orang.

Sumber Klik Ini
posted by admin pbo at 8:06 am 0 comments
labels: bimbingan sosial, bk
Diskusi dan Menyampaikan Pendapat yang Benar (bagian 3)
Menyampaikan Persetujuan, Sanggahan, dan Penolakan Dalam Diskusi

Diskusi berarti bertukar pikiran. Diskusi merupakan suatu bentuk tukar pikiran yang teratur dan terarah, baik dalam kelompok kecil maupun besar. Diskusi bertujuan untuk mendapatkan suatu pengertian, kesepakatan, dan keputusan bersama mengenai suatu masalah. Salah satu ciri yang paling menonjol dalam diskusi adalah adanya forum tanya jawab. Ada beberapa macam bentuk diskusi, diantaranya sebagai berikut:

* Diskusi panel

Diskusi panel melibatkan beberapa pembicara (panelis) yang mempunyai keahlian dalam bidang masing-masing dan bersepakat mengutarakan pendapat dan pandangannya mengenai suatu masalah untuk kepentingan pendengar.

* Simposium

Simposium hampir sama dengan diskusi panel, hanya lebih bersifat formal. Pembicara harus menyampaikan makalah mengenai suatu masalah yang disoroti dari sudut keahlian masing-masing.

* Seminar

Seminar merupakan pertemuan yang membahas suatu masalah dengan tujuan untuk mendapatkan pemecahan masalah tersebut. Oleh karena itu, dalam seminar harus dlakhiri dengan kesimpulan atau keputusan-keputusan, baik berbentuk usul, saran, solusi, maupun rekomendasi.

Persiapan sebuah diskusi sangat bergantung pada bentuk diskusi yang dipilih. Ada beberapa tahap yang harus diperhatikan pada saat akan mengadakan diskusi, yakni sebagai berikut.

* Menentukan topik yang menarik untuk dibahas dalam diskusi.
* Merumuskan tujuan yang hendak dicapai sesuai dengan topik yang dipilih.
* Menentukan pemimpin diskusi atau moderator. Moderator dalam diskusi bertugas:

1. menjelaskan tujuan dan maksud diskusi;
2. mengatur jalannya diskusi agar berlangsung tertib dan teratur;
3. menyimpulkan dan merumuskan setiap pembicaraan diskusi;
4. menutup diskusi dan menyiapkan laporan.

* Menenrukan panelis, pembicara, atau narasumber. Pembicara diskusi mempunyai tugas:

1. menyiapkan dan menguraikan bahan atau materi yang akan didiskusikan;
2. menyampaikan materi yang telah disiapkan;
3. menjawab tanggapan-tanggapan para peserta diskusi atau audiens.

* Menentukan sekretaris diskusi atau notulis. Notulis bertugas mencatat hal-hal penting selama jalannya diskusi.
* Dalam diskusi biasanya muncul pendapat atau tanggapan berupa dukungan atau sanggahan terhadap pendapat peserta diskusi. Pernyataan dukungan atau sanggahan tersebut tetap harus disampaikan dengan bahasa yang baik dan santun.

Sumber Klik Ini
posted by admin pbo at 7:53 am 0 comments
labels: bimbingan sosial, bk
Diskusi dan Menyampaikan Pendapat yang Benar (bagian 2)
Melakukan Diskusi dengan Tata Cara yang Benar

Salah satu cara memecahkan permasalahan adalah dengan berdiskusi. Dengan saling bertukar pikiran dan wawasan, permasalahan yang rumit niscaya dapat diuraikan dan pada akhirnya akan diperoleh jalan keluarnya.

Proses diskusi akan berjalan secara efektif jika peserta menyadari hakikat diskusi dan memegang teguh prinsip-prinsip pelaksanaan diskusi.

Berikut ini beberapa prinsip berdiskusi yang harus diperhatikan.
1. Diskusi merupakan forum ilmiah untuk bertukar pikiran dan wawasan dalam menyikapi suatu permasalahan yang dihadapi bersama. Diskusi bukan forum untuk berbagi pengalaman (sharing), perasaan (curhat), kepentingan (musyawarah), atau ilmu kepintaran (mengajar).

2. Dalam diskusi, harus terjadi dialog atau komunikasi intelektual dan ilmiah. Dalam hal ini, harus dijauhkan unsur emosional dan mengabaikan kedekatan hubungan personal sehingga terlahir pemikiran – pemikiran yang rasional dan objektif.

3. Diskusi merupakan forum resmi, formal, dan terbuka. Oleh karena itu, proses komunikasi menggunakan bahasa nasional yang baku sehingga dapat dipahami semua kalangan dengan baik. Diskusi bukan forum kekeluargaan yang ditujukan pada kelompok terbatas.

4. Diskusi berlangsung dalam situasi yang tertib, teratur, dan terarah serta bertujuan jelas. Oleh karena itu, diperlukan adanya perangkat dan instrumen pendukung seperti ketua/moderator, notulis, dan tata tertib.

Proses diskusi dikatakan hidup dan sehat jika seluruh peserta terlibat secara aktif dengan mengikuti tatanan yang ada. Sebaliknya, akan dikatakan tidak sehat jika proses bertukar pikiran didominasi oleh satu atau dua pikiran saja.

Menyampaikan Gagasan dan Tanggapan dengan Alasan yang Logis dalam Diskusi

Inti dari kegiatan diskusi adalah terjadinya proses bertukar pikiran
Antar peserta diskusi. Peserta di harapkan menyampaikan pendapatnya terhadap permasalahan yang dihadapi. Selanjutnya pendapat tersebut harus ditanggapi oleh peserta yang lain. Bermacam-macam bentuk tanggapan dapat disampaikan, misalnya dengan mempertanyakan maksud dari pendapat tersebut jika dianggap belum jelas. Tanggapan juga dapat disampaikan dengan, menyatakan sikap setuju atau tidak setuju/mendukung atau tidak mendukung terhadap pendapat yang telah dikemukakan. Munculnya berbagai sikap pikiran dan tanggapan yang berbeda-beda itu merupakan hal yang positif dalam kegiatan berdiskusi. Semakin banyak tanggapan yang muncul menjadikan proses berdikusi semakin hidup dan dinamis.
Meskipun demikian, hidupnya proses berdiskusi tidak selalu menjamin hasil yang diperoleh akan baik. Hal itu dapat terjadi jika pendapat dan tanggapan yang muncul hanya kata-kata kosong yang tidak ada isinya. Selain itu pendapat yang dikemukakan lemah, tidak bersandar dan tanpa disertai alas an yang logis. Oleh karena itu dalam berdiskusi , setiap pendapat dan tanggapan yang dikemukakan harus disertai alas an atau argument yang logis dan berdasar. Pendapat juga harus disampaikan dengan bahasa yang efektif, sopan dan jelas. Hal itu merupakan unsure penting yang harus diperhatikan dalam diskusi.


Sumber Klik Ini
posted by admin pbo at 7:50 am 0 comments
labels: bimbingan sosial, bk
Diskusi dan Menyampaikan Pendapat yang Benar (bagian 1)
Suatu kegiatan bertukar pikiran dapat disebut diskusi jika memenuhi syarat berikut:

1. Ada masalah yang dibicarakan
2. Ada seseorang yang bertindak sebagai pemimpin diskusi
3. Ada peserta sebagai anggota diskusi
4. Setiap anggota mengemukakan pendapatnya dengan teratur
5. Jika ada kesimpulan atau keputusan, hal itu disetujui anggota

Masalah untuk bahan diskusi tentunya dapat diperoleh melalui bacaan, baik buku, majalah, maupun berita-berita yang ada di surat kabar. Kita dapat membaca sumber-sumber informasi tersebut untuk diangkat menjadi bahan diskusi

Perhatikan contoh penggunaan bahasa dalam diskusi berikut!
1. Moderator (Pemandu)
Selamat siang teman-teman. Perkenalkan kami dari Kelompok I akan mengajak teman-teman berdiskusi. Nama saya …, saya bertindak sebagai moderator. Ini teman saya … sebagai penyaji dan sebagai notulis adalah ….
Teman-teman, marilah kita mulai diskusi tema ”Kekeringan di Kabupaten Wonogiri”. Pada kesempatan ini, penyaji akan membahas:

a. sebab-sebab kekeringan,
b. akibat kekeringan, dan
c. cara mengatasi kekeringan.

Teman-teman, marilah kita dengarkan uraian penyaji! Silakan Saudara Penyaji.

2. Penyaji
Terima kasih Saudara Moderator. Teman-teman, di Kabupaten Wonogiri saat ini sedang terjadi kekeringan. Penyebabnya antara lain …. Akibat dari kekeringan itu ….
Menurut kelompok kami, cara mengatasi kekeringan itu sebagai berikut.

a. ….
b. ….
c. ….

3. Peserta Diskusi
Saudara Moderator, terima kasih atas kesempatan yang diberikan kepada saya. Setelah mendengarkan uraian penyaji, saya berpendapat bahwa kekeringan tidak hanya diatasi dengan cara .... Menurut saya, kekeringan dapat diatasi dengan cara ....

Sumber Klik Ini
posted by admin pbo at 7:44 am 0 comments
labels: bimbingan sosial, bk
Cara Berkomunikasi Yang Baik
Syarat utama untuk bisa berkomunikasi dengan baik hanya satu. Yakni kerelaan mendengarkan apa yang lawan bicara ucapkan. Tentu saja bukan mendengarkan secara pasif, namun secara aktif. Artinya, Anda memberi perhatian. Wujudnya bisa komentar, tanggapan, keterbukaan, dan juga berdiam diri. Adapun keterampilan menjadi pendengar aktif dapat Anda latih dengan tips berikut:

1. Ajukan pertanyaan bila ada ucapan lawan bicara yang kurang jelas. Hal ini dapat membantu Anda memperoleh informasi lebih lengkap, sekaligus menunjukkan ketertarikan Anda. Misalnya, “Contohnya bagaimana?” atau “Bisakah ceritakan lebih banyak lagi?”

Ada beberapa orang yang merasa kurang nyaman atau disudutkan jika ditanya, karena itu pertanyaan hendaknya diajukan dengan lembut dan tidak terkesan seperti menyelidik. Hati-hati dengan pertanyaan “ke-napa”. Contohnya, ketimbang me-nanyakan, “Kenapa Anda mengambil sekolah malam?” lebih baik tanyakan, “Adakah sesuatu yang menarik untuk Anda pelajari di sana?” Sebab bisa jadi dia mengambil sekolah malam karena dulu tiap kali ujian tak pernah lulus dan pertanyaan Anda bisa menyinggung perasaannya.

2. Nyatakan kembali kesimpulan dari pernyataan yang Anda dengar darinya untuk menghindari kesalahpahaman.

Ungkapkan ekspresi perasaan Anda. Biarkan lawan bicara melihat bagaimana emosi Anda terpengaruh oleh ucapannya.

3. Hindari sikap memaksakan kehendak. Kalaupun Anda be da pendapat atau pandangan, hendaknya tetap Anda nyatakan. Hanya lakukan dengan cara bersahabat dan jelas.

4. Jagalah bahasa tubuh Anda. Saat berbicara dengan lawan bicara, tetap pertahankan kontak mata untuk menumbuhkan kesan jujur dan percaya diri. Hindari menggigit bibir, goyang-goyang kaki, dan gerakan lain yang menimbulkan kesan Anda sedang gelisah atau tak betah berbicara. Usahakan postur tubuh tegak, dengan posisi kaki dan lengan dalam keadaan santai.

5. Hindari kata “selalu, mesti” maupun “tidak pernah”. Biasanya kata-kata itu tidak menggambar kan fakta sesungguhnya dan cenderung memancing sikap defensif dari lawan bicara. Ketimbang mengatakan, “Toilet kantor ini tidak pernah dibersihkan” lebih baik katakan, “Apa yang bisa kita lakukan agar toilet kantor ini jadi bersih?”

6. Sesuaikan gaya komunikasi Anda dengan tiap individu.

Ingat, tidak ada satu pun manusia di dunia ini yang sama. Jenis kelamin, usia, budaya, daerah asal, pekerjaan, pengalaman kerja, dan tipe kepribadian, hanyalah merupakan sebagian kecil faktor yang mempengaruhi gaya komunikasi seseorang.

Mengenali perbedaan ini dapat mengurangi risiko kesalahpahaman maupun frustrasi saat berkomunikasi. Orang dengan tipe ekstrovert biasanya senang memonopoli percakapan, selalu penuh inisiatif, dan ceplas-ceplos bicaranya. Sedangkan mereka yang bertipe introvert lebih senang menyendiri dan selalu berpikir hati-hati sebelum ber-tindak atau berbicara.

7. Berikan umpan balik, pujian, atau dukungan. Buatlah orang lain tahu bahwa Anda menghargai usaha atau prestasi mereka. Penghargaan atau respek adalah kunci utama dalam menumbuhkan hubungan komuniasi yang seimbang dan saling mendukung.

8. Yakinlah, bila melakukan satu saja tips di atas setiap minggunya, Anda niscaya akan merasakan perubahan positif dalam kehidupan sosial maupun perkembangan karier. Selamat mencoba.

Sumber Klik Ini
posted by admin pbo at 7:37 am 0 comments
labels: bimbingan sosial, bk
Faktor-Faktor Penting untuk Bersosialiasi
Seperti juga tumbuhan, hubungan perlu disemai, dipupuk, dan disirami. Kalau hanya dibiarkan, pastinya akan terbengkalai. Tahu-tahu, Anda baru sadar akibatnya ketika sudah telat. Si A atau si B yang biasanya ramah atau gampang dikontak, sekonyong-konyong 'menghilang' atau terasa seperti orang asing ketika bertemu. Itulah sebabnya orang dikaruniai dua telinga dan cuma satu mulut. Belajarlah mendengarkan orang lain dengan penuh perhatian dan minat. Kalau Anda pemalu, atau tak berani mengeluarkan inisiatif topik, cobalah bertanya pada orang lain tentang mereka sendiri.

Misalnya, kalau Anda ingin berlibur, korek ide-ide orang di sekeliling Anda tentang tempat-tempat yang akan mereka datangi kalau mereka akan berlibur. Percakapan pasti akan berlangsung dengan spontan, karena Anda melibatkan orang lain untuk memikirkan kepentingan mereka sendiri - meski sebenarnya untuk kepentingan Anda juga.

2. Selalu mencari nilai-nilai positif orang lain

Hubungan sebetulnya seperti gema. Bila Anda mengatakan A, maka yang akan Anda peroleh A juga. Kalau Anda berpikir positif terhadap orang lain, maka hal itu akan meningkatkan kemungkinan baginya untuk berpikiran terbuka terhadap Anda, dan pada gilirannya juga mencari nilai-nilai positif diri Anda sendiri. Tapi, kalau Anda gemar mencari sisi negatif seseorang, maka orang itu pun hanya akan mengingat keburukan Anda saja.

3. Temukan hal-hal unik dari setiap orang

Yakinlah bahwa setiap orang itu unik. Semua respons dan reaksi akan berlainan bila latar belakang peristiwa tidak sama. Pelajari hal ini untuk membangkitkan minat Anda terhadap orang lain.

4. Peroleh apa yang Anda inginkan dari orang lain

Untuk mendapatkannya, gunakan instrumen terpenting, yaitu kejujuran. Bukalah topeng Anda, yakinkan bahwa Anda punya alasan yang baik untuk menginginkan sesuatu dari seseorang. Lakukan semua itu dengan perilaku yang positif, dan mintalah sambil tersenyum. Pastikan bahwa senyum Anda tidak palsu!

5. Mengatasi semua konflik

Hampir semua konflik disebabkan kesalahpahaman. Penyebabnya adalah ketidaklancaran komunikasi. Yang satu tidak mendengarkan, atau yang lain tidak bisa mengungkapkan dengan jelas. Inilah cara termudah mengatasi konflik:

Berempati dengan pikiran mereka, yaitu dengan cara melihat sesuatu hal sesuai dengan cara pandang mereka. Hal ini membuat Anda bisa lebih tahu tentang situasi yang dialami mereka dan berarti Anda bisa berkompromi.
Ubah pandangan Anda terhadap mereka dengan mempertimbangkan latar belakang dan alasan mengapa mereka mengambil sikap tertentu. Refleksi seperti ini akan memberi banyak hal, misalnya, dengan adanya informasi tentang latar belakang, siapa tahu Anda juga akan melakukan hal yang sama bila berada pada situasi yang sedang mereka alami. Ini membuat pikiran menyalahkan orang lain akan menghilang dengan sendirinya.
Kalau semua gagal, berarti Anda memang tidak cocok hidup dengan orang-orang yang sering berkonflik dengan Anda. Hanya ada satu cara, jauhi mereka.

Selasa, 28 Mei 2013

contoh makalah problematika banjir di semarang

                                                           

                                                                                




PROBLEMATIKA BANJIR DI WILAYAH SEMARANG

Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah umum pendidikan lingkungan hidup


Disusun oleh :

1.      Fitriyatun munawaroh  (7101412081)


Rombel 38



UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG
2012-2013



KATA PENGANTAR


      Puji syukur kehadirat ALLAH SWT. Yang telah melimpah curahkan rahmat dan hidayah-Nya, sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini, untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah umum ( MKU ), yaitu dengan judul “PROBLEMATIKA BANJIR DI WILAYAH SEMARANG”. Adapun makalah ini di buat untuk menjelaskan tentang adanya banjir yang melanda khususnya di wilayah semarang .
Banjir dan masalah lingkungan yang terus melanda Kota Semarang tidak dapat dilepaskan dari pertambahan penduduk yang terus berlangsung sepanjang tahun. Secara umum yang dapat dicatat BPS Kota Semarang (tahun 2003- 2007) adalah, bahwa selama kurun waktu tahun 2002 sampai dengan tahun 2006, penduduk yang datang di Kota Semarang berturut-turut adalah 34.270 orang pada tahun 2002
Besar harapan kami untuk makalah ini, semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi para pembacanya agar lebih memaknai kenapa harus adanya demo, dan sebelumnya kami mengharapkan kritik dan saran atas makalah yang kami buat, karena kami menyadari bahwa makalah yang kami buat masih kurang baik dengan itulah kami bisa memperbaikinya kembali.


                                                                                                                    Semarang ,   April 2013

                                                                                                                                 Penyusun

BAB 1

PENDAHULUAN

A.    Latar Belakang

Ditinjau dari karakteristik geografis dan geologis wilayah, Indonesia adalah salah satu kawasan rawan bencana banjir. Sekitar 30% dari 500 sungai yang ada di Indonesia melintasi wilayah penduduk padat. Lebih dari 220 juta penduduk, sebagian adalah miskin dan tinggal di daerah rawan banjir. Pada umumnya bencana banjir tersebut terjadi di wilayah Indonesia bagian barat yang menerima curah hujan lebih tinggi dibandingkan dengan di bagian Timur (Bakornas PB, 2007).

           Banjir dan masalah lingkungan yang terus melanda Kota Semarang tidak dapat dilepaskan dari pertambahan penduduk yang terus berlangsung sepanjang tahun. Secara umum yang dapat dicatat BPS Kota Semarang (tahun 2003- 2007) adalah, bahwa selama kurun waktu tahun 2002 sampai dengan tahun 2006, penduduk yang datang di Kota Semarang berturut-turut adalah 34.270 orang pada tahun 2002, selanjutnya 37.063 orang (tahun 2003), 35.105 orang (tahun 2004), 30.910 orang (tahun 2005), dan 42.714 orang pada tahun 2006. Sedangkan 5 kecamatan yang tergolong padat, juga kedatangan penduduk yang cukup banyak pada tahun 2006. Lima kecamatan itu adalah Banyumanik yang kedatangan 4.128 orang, Kecamatan Tembalang 4.136 orang, Kecamatan Pedurungan 6.209 orang, Kecamatan Semarang Barat 4.002 orang dan Kecamatan Ngaliyan 4.059 (Wawasan, 13/01/09). Salah satu penyebab dari peningkatan jumlah penduduk yang ada di semarang yaitu karena semarang terdapat universitas-universitas yang cukup ternama sehingga menjadi bidikan calon mahasiswa baru di seluruh penjuru Indonesia, misalnya Universitas Negeri semarang ataupun IAIN Semarang dan IKIP PGRI Semarang. Sehingga banyak para pendatang yang memadati Semarang.

Namun secara teoritis keilmuan, adapun lima potensi banjir di Semarang menurut Pramono SS (2002) adalah sebagai berikut :
1.      karakteristik geografi, Kota Semarang memiliki daerah-daerah potensi banjir, karena adanya perbedaan tinggi dataran antara wilayah utara dan ilayah selatan. Kondisi ini terjadi karena adanya banjir kiriman dari wilayah selatan Kota Semarang dan kabupaten Semarang.
2.      adanya perubahan pemanfaatan lahan dari hutan karet menjadi perumahan di wilayah kecamatan Mijen memperbesar kerusakan di daerah tersebut. Akibatnya jumlah air hujan yang mengalir ke wilayah Ngaliyan menjadi bertambah dan membuat daerah tersebut terkena musibah banjir; padahal sebelumnya di daerah tersebut belum pernah terkena banjir. Selain penggundulan hutan, perubahan fungsi lahan yang terjadi di wilayah Kabupaten Semarang dari areal pertanian menjadi areal perumahan baru. Penyebab lain, banyak sungai yang berhulu di daerah Kabupaten Semarang melewati Kota Semarang.
3.      adanya pengeprasan bukit di beberapa tempat mengakibatkan perubahan pola aliran air, erosi, dan mempertinggi kecepatan air, sehingga membebani pengairan.
4.      pembangunan rumah liar di atas bantaran sungai, pembuatan tambak yang mempersempit sungai dan penutupan saluran di daerah hilir.
5.      permasalahan non-teknis yaitu perilaku masyarakat kota Semarang yang buruk. Perilaku membuang sampah di saluran dan di sembarang tempat. Rendahnya kesadaran masyarakat koa ditunjukkan sewaktu banjir di beberapa jalan protokol kota Semarang diakibatkan adanya saluran yang tersumbat, namun masyarakat tidak segera mengatasinya melainkan menunggu petugas dari pemerintah Kota Semarang untuk mengatasi permasalahan pada saluran tersebut.
Namun, dari kelima potensi diatas, bukan berarti tidak ada penyelesaian bagi masalah banjir di wilayah Semarang. Peran pemerintah, lembaga-lembaga kemasyarakatan dan seluruh elemen masyarakat sangat dibutuhkan guna tercapainya penyelesaian dari masalah banjir yang selama ini selalu menghantui warga Semarang.



B.     Tujuan
1.      Untuk mengetahui pengertian atau definisi dari “Banjir” serta proses terjadinya secara umum.
2.      Untuk mengetahui penyebab dari banjir  yang sering melanda wilayah semarang.
3.      Untuk mengetahui dampak bencana banjir
4.      Untuk mengetahui solusi-solusi untuk mengatasi banjir di wilayah semarang.
5.      Untuk mengetahui metode yang digunakan dalam pengendalian banjir.
6.      Untuk mengetahui langkah-langkah dalam mitigasi banjir.

C.    Rumusan Masalah
1.      Apa pengertian atau definisi “Banjir” dan proses terjadinya?
2.      Apakah penyebab bencana banjir selalu menggenangi wilayah Semarang?
3.      Bagaimanakah dampak bencana banjir?
4.      Bagaimanakah solusi mengatasi banjir yang selalu menggenangi semarang?
5.      Bagaimanakah metode yang digunakan dalam penegndalian banjir pada umumnya?
6.      Bagaimanakah langkah-langkah dalam mitigasi banjir?










BAB II
PEMBAHASAN

A.    Pengertian atau definisi serta proses terjadinya banjir secara umum
1.      Menurut Departemen Kimpraswil (2001), Banjir adalah suatu keadaan sungai, dimana aliran air tidak tertampung oleh palung sungai, sehingga terjadi limpasan, dan atau genangan pada lahan yang semestinya kering.
2.      Banjir adalah peristiwa terbenamnya daratan (yang biasanya kering) karena volume air yang meningkat (Wikipedia, 2009).
3.      Himpunan Ahli Tehnik (1984), Banjir adalah peristiwa terjadinya genangan pada daerah yang biasanya kering.
Banjir merupakan kejadian hidrologis yang dicirikan dengan debit dan/atau muka air yang tinggi sehingga dapat menyebabkan penggenangan pada lahan disekitar sungai, danau, atau system air lainnya.
Air hujan yang jatuh kebumi, tidak seluruhnya terserap kedalam tanah dan tertahan oleh vegetasi yang ada, namun ada sebagian yang jatuh langsung ke laut, namun sebagian harus mengalami perjalanan dahulu melalui DAS atau daerah aliran sungai, nantinya air tersebut akan bermuara ke laut ataupun ke sungai-sungai yang lebih rendah. Dalam perjalanannya itu, air yang mengaliri DAS membawa materi-materi hasil erosi sehingga makin lama DAS di daerah dataran rendah makin lama makin dangkal dan akhirnya bisa menghilang akibat tersedimentasi oleh materi-materi yang dibawa air dari dataran yang lebih tinggi tadi. Hal itu wajar adanya dan merupakan proses alam, namun terkadang proses alam tersebut berjalan sangat cepat karena campur tangan manusia sehingga menyebabkan ketidakseimbangan alam, contohnya jika didataran tinggi terutama, dilakukan penggundulan hutan,maka air hujan yang jatuh kebumi, akan sedikit sekali yang tertahan di dataran tinggi, sehingga menyebabkan air yang mengalir kedataran rendah menjadi bertambah, akibatnya, kapasitas sungai dan DAS tidak mencukupi sehingga terjadilah peluberan aliran air yang disebut banjir. Ditambah apabila terdapat penghalang pada DAS yang akan memperlambat aliran air, misalnya batu besar, batang pohon, maupun sampah.
B.     Penyebab Banjir di Wilayah semarang
Banjir di dataran alluvial sungai dan alluvial pantai Semarang dapat dikelompokkan menjadi tiga macam banjir, antara lain :
1.      Banjir kiriman, yang terjadi secara periodik setiap tahun dan melanda daerah sekitar pertemuan Kali Kreo, Kali Kripik, dan Kali Garang sampai di Kampung Bendungan disebabkan oleh:
ü  Peningkatan debit air sungai yang mengalir dari DAS Garang (luasnya 204 km2), DAS Kreo (luasnya 70 km2), dan DAS Kripik (luasnya 34 km2). Peningkatan debit ini disebabkan oleh: intensitas hujan yang besar, atau intensitas hujan yang sama namun jatuh pada wilayah yang telah berubah atau telah mengalami konversi penggunaan lahan. Misalnya yang awalnya hutan atau lahan yang memiliki vegetasi banyak, namun diubah menjadi perumahan atau bangunan-bangunan lainnya..
ü  Berkurangnya kapasitas pengaliran atau daya tampung saluran atau sungai tersebut, sehingga air meluap menggenangi daerah di sekitarnya.
ü  Banjir kiriman ini diperparah oleh kiriman air dari daerah atas yang semakin besar, sebagai konsekuensi bertambah luasnya daerah terbangun yang merubah koefisien alirannya.
2.      Banjir lokal yang lebih bersifat setempat, sesuai dengan atau seluas kawasan yang tertumpah air hujan, terjadi disebabkan oleh:
ü  Tingginya intensitas hujan.
ü  Belum tersedianya sarana drainase yang memadai.
ü  Penggunaan saluran yang masih untuk berbagai tujuan (multipurpose) baik untuk penyaluran air hujan, limbah, dan sampah rumah tangga, padahal belum bisa diimbangi oleh air penggelontoran yang dialirkan.
ü  Banjir lokal ini diperparah oleh fasilitas bangunan bawah tanah (pipa PAM, kabel Telkom, dan PLN) yang kedudukannya sangat mengganggu drainase.
3.      Sedangkan banjir rob yang melanda daerah-daerah di pinggiran laut atau pantai disebabkan oleh:
ü  Permukaan tanah yang lebih rendah daripada muka pasang air laut.
Setiap tahunnya wilayah semarang mengalami penurunan ± 2-3 cm pertahunnya, hal ini karena sebagian wilayah semarang khususnya semarang bawah merupakan wilayah hasil reklamasi atau penggurukan, sehingga kepadatannya tidak sekuat tanah yang terbentuk secara alami, selain itu, pembangunan gedung-gedung yang berbobot berton-ton juga menyebabkan wilayah semarang bawah semakin tertekan kebawah.
ü  Bertambah tingginya pasang air laut.
adanya pemanasan global atau global warming, menyebabkan es dikutub utara maupun selatan mencair, akibatnya volume airpun bertambah dan menyebabkan laut mengalami penambahan atau peninggian muka air laut, tidak terkecuali semarang.
ü  Sedimentasi dari daerah atas (burit) di muara sungai (Kali Semarang, Banjir Kanal Barat, Kali Silandak, Kali Banger, Silandak Flood Way, Baru Flood Way, dan kali Asin) maupun sedimentasi air laut khususnya oleh pasang surut (rob), di samping oleh pengaruh gelombang dan arus sejajar pantai, sehingga terjadi pendangkalan muara yang berakibat mengurangi kapasitas penyaluran dan akibat selanjutnya menambah parah banjir di sekitarnya.

C.    Dampak Banjir
Banjir yang besar memiliki dampak-dampak yang tidak diinginkan antara lain dampak fisik, sosial, ekonomi dan lingkungan.
1.      Dampak fisik adalah kerusakan pada sarana-sarana umum, kantor-kantor pelayanan publik yang disebabkan oleh banjir.
2.      Dampak sosial mencakup kematian, risiko kesehatan, trauma mental, menurunnya perekonomian, terganggunya kegiatan pendidikan (anak-anak tidak dapat pergi ke sekolah), terganggunya aktivitas kantor pelayanan publik, kekurangan makanan, energi, air , dan kebutuhan-kebutuhan dasar lainnya.
3.      Dampak ekonomi mencakup kehilangan materi, gangguan kegiatan ekonomi (orang tidak dapat pergi kerja, terlambat bekerja, atau transportasi komoditas terhambat, dan lain-lain).
4.      Dampak lingkungan mencakup pencemaran air (oleh bahan pencemar yang dibawa oleh banjir) atau tumbuhan disekitar sungai yang rusak akibat terbawa banjir.

Dampak banjir terhadap masyarakat tidak hanya berupa kerugian harta benda dan bangunan. Selain itu, banjir juga mempengaruhi perekonomian masyarakat dan pembangunan masyarakat secara keseluruhan, terutama kesehatan dan pendidikan (Arduino dkk, 2007).

Menurut Bakornas PB (2007), dampak bencana banjir akan terjadi pada beberapa aspek (sebagian besar di wilayah Indonesia bagian barat) dengan tingkat kerusakan berat pada aspek-aspek berikut:
1.      Aspek penduduk, antara lain berupa korban jiwa/meninggal, hanyut, tenggelam, luka-luka, korban hilang, pengungsian, berjangkitnya wabah dan penduduk terisolasi.
2.      Aspek pemerintahan, antara lain berupa kerusakan atau hilangnya dokumen, arsip, peralatan dan perlengkapan kantor dan terganggunya jalannya pemerintahan.
3.      Aspek ekonomi, antara lain berupa hilangnya mata pencaharian, tidak berfungsinya pasar tradisional, kerusakan dan hilangnya harta benda, ternak dan terganggunya perekonomian masyarakat.
4.      Aspek sarana-prasarana, antara lain berupa kerusakan rumah penduduk, jembatan, jalan, bangunan gedung perkantoran, fasilitas sosial dan fasilitas umum, instalasi listrik, air minum dan jaringan komunikasi.
5.      Aspek lingkungan, antara lain berupa kerusakan ekosistem, objek wisata, persawahan/lahan pertanian, sumber air bersih dan kerusakan tanggul/jaringan irigasi.

Yang terpenting dalam keadaan banjir adalah bahaya timbulnya penyakit akibat banjir yang mengancam masyarakat dari semua golongan. Hal ini dikarenakan banyaknya sampah yang terhanyut terbawa air banjir, air got yang bersatu dengan air banjir yang menimbulkan bau yang tidak sedap ataupun septik tank yang luber dan isinya terbawa air kemana-mana, Akibatnya lingkungan kita menjadi sangat kotor, sehingga mempermudah timbulnya penyakit pasca banjir: diare, DBD, leptospirosis, ISPA, cacingan dan berbagai penyakit penyerta lain. Bahkan tidak jarang juga menimbulkan kasus penyakit yang luar biasa (outbreak). Banjir juga menimbulkan dampak menurunnya kondisi tubuh & daya tahan terhadap stress (Wijaya. 2008).

Hal ini sesuai dengan apa yang dikemukakan oleh bahwa Soegijanto S (2008) tentang penyakit pasca bencana yang sering ditemukan:
ü  Polusi udara berdampak sakit batuk sesak.
ü  Makanan dan minuman yang terkontaminasi menyebabkan diare akut.
ü  Tikus-tikus baik yang mati atau hidup akibat bencana banjir berpotensi menularkan kuman pes dan leptospira.
ü  Air kemih tikus perlu dicermati penyakit leptospira.
ü  Peningkatan populasi nyamuk Aedes aegypti maupun Albocpitus yang menularkan virus dengue maupun Chikungunya.
ü  Dampak trauma kepala dan patah tulang, dibutuhkan kerjasama dengan dokter ahli bedah umum maupun bedah tulang.

D.    Solusi Mengatasi Banjir di Wilayah Semarang
Menurut Yusuf Y (2005), langkah-langkah untuk menangani banjir dibagi menjadi tiga, yaitu: langkah-langkah untuk menangani banjir lokal, banjir genangan, dan banjir rob.

1.      Untuk menangani banjir lokal perlu diambil langkah-langkah sebagai berikut: di Semarang Barat perlu dibangun saluran sabuk, di daerah hilir perlu normalisasi banjir kanal barat dan banjir kanal silandak untuk mengembalikan kepada kapasitas rancangan, di daerah hulu (lahan burit) perlu diatur dengan PERDA tentang kawasan dapat terbangun, kawasan konservasi, dan pembuatan sumur resapan sehingga fungsi daerah atas sebagai daerah resapan terjamin.
2.      Untuk menangani banjir genangan perlu diambil langkah-langkah sebagai berikut: saluran drainase yang ada sebaiknya digunakan untuk mengalirkan air hujan saja (single purpose) dan perlu dibangun saluran tersendiri untuk limbah dan keperluan lainnya, normalisasi dan pemeliharaan saluran-saluran drainase yang ada, perbaikan inlet yang sesuai dengan kapasitas debit yang harus dialirkan, penyusunan PERDA tentang bangunan bawah tanah untuk infrastruktur PLN, PDAM, TELKOM, atau instansi lainnya dan pengaturan luas lahan terbangun, penyuluhan terhadap masyarakat.
3.      Untuk menangani banjir rob perlu diambil langkah-langkah sebagai berikut: pembangunan drainase nongravitasi di Kali Asin, Baru, dan Banger, pembuatan PERDA pengembangan wilayah pantai (termasuk reklamasi) tanpa bangunan atau gedung-gedung  dan izin peil bangunan yang dikaitkan dengan IMB, serta penertiban dan memperketat perizinan air bawah tanah.
Selain yang disebutkan diatas, hal yang paling utama yaitu memperhatikan system drainase yang baik.
Sistem drainase merupakan suatu sistem untuk mengalirkan atau membuang air hujan yang jatuh di suatu daerah agar tidak terjadi genangan atau banjir (Kodoatie RJ, Sjarief R, 2005).

Pada prinsipnya ada dua macam drainase, yakni drainase untuk daerah perkotaan dan drainase untuk daerah pertanian. Pada perencanaan dan pengembangan sistem drainase kota perlu kombinasi antara pengembangan perkotaan, daerah rural, dan daerah aliran sungai atau DAS (Kodoatie RJ, Sjarief R, 2005).

Drainase memiliki berbagai fungsi, antara lain: membebaskan suatu wilayah (terutama yang padat pemukiman) dari genangan air atau banjir, memperkecil risiko kesehatan lingkungan, yakni bebas dari malaria (nyamuk) dan penyakit lainnya, sebagai pembuangan air rumah tangga (Kodoatie RJ, Sjarief R, 2005).

Ukuran dan kapasitas saluran sistem drainase semakin ke hilir semakin besar, karena semakin luas daerah alirannya.

Adapun berbagai kendala di dalam pemeliharaan sistem drainase di wilayah kota dengan permukiman yang padat: kurangnya lahan untuk pengembangan sistem drainase karena sudah berfungsi untuk tata guna lahan tertentu, sulitnya memelihara saluran karena bagian atas sudah ditutup oleh bangunan, banyaknya sampah domestik yang menumpuk di saluran sehingga mengurangi kapasitas dan menyumbat saluran. Pemahaman masyarakat bahwa sungai (drainase) sebagai tempat buangan sudah menjadi budaya yang sulit dihilangkan. Terbatasnya dana untuk pemeliharaan saluran. Sistem drainase seringkali tidak berfungsi optimal karena pembangunan infrastruktur lainnya yang tidak terpadu dan tidak melihat keberadaan sistem drainase seperti jalan, kabel TELKOM, pipa PDAM. Secara estetika, drainase bukan merupakan infrastruktur yang bisa dilihat keindahannya karena fungsinya sebagai tempat pembuangan air dari semua sumber. Umumnya drainase di perkotaan kumuh dan berbau tidak sedap. (Kodoatie RJ, Sjarief R, 2005).

E.     Metode Pengendalian Banjir
Menurut Kodoatie RJ dan Sjarief R (2005) beberapa metode pengendalian banjir antara lain:
Ø Metode-Non-Struktur
Yang termasuk metode ini antara lain: pengelolaan daerah aliran sungai (DAS), pengaturan tata guna lahan, law enforcement, pengendalian erosi di DAS, pengaturan dan pengembangan daerah banjir.
Ø Metode-Struktur: Bangunan Pengendali Banjir
Yang termasuk metode ini antara lain: bendungan (dam), kolam retensi, pembuatan check dam (penangkap sedimen), bangunan pengurang kemiringan sungai, groundsill, retarding basin, pembuatan polder.
Ø Metode Struktur: Perbaikan dan Pengaturan Sistem Sungai
Yang termasuk metode ini antara lain: sistem jaringan sungai, pelebaran atau pengerukan sungai (normalisasi), perlindungan tanggul, tanggul banjir, sudetan (by pass), floodway.



F.     Langkah-langkah dalam Mengatasi Banjir

Menurut Depkes RI (2002), masyarakat perlu juga bersikap dan bertindak untuk mengantisipasi datangnya banjir. Misalnya dengan melakukan hal-hal berikut ini:
Ø Menjauhi daerah rawan banjir dalam membuka permukiman.
Ø Bagi yang sudah telanjur bermukim di daerah banjir, sebaiknya meninggikan lantai rumah hingga di atas permukaan air banjir.
Ø Mengembangkan sistem peringatan dini terhadap banjir di lingkungan masing-masing. Misalnya dengan sirene.
Ø Mengetahui ke mana harus mengungsi dan meminta pertolongan kesehatan bila datang banjir.
Ø Mengetahui dan menyiapkan dengan cepat apa yang terpenting untuk dibawa tatkala mengungsi. Yaitu pakaian, air minum, sabun, pasta gigi, obat-obatan, dan bahan makanan yang tahan lama.
Ø Mengetahui dan dapat melakukan dengan cepat hal-hal penting sebelum meninggalkan rumah untuk mengungsi. Misalnya memutus aliran listrik (menurunkan sekering listrik).
Ø Menyiapkan sarana transportasi air yang diperlukan ketika terjadi banjir.
Ø Membantu pengamanan dan keberhasilan usaha-usaha pengungsian dan penyelamatan (evakuasi), sehingga memperkecil jumlah korban dan kerugian yang timbul.

G.    Mitigasi Banjir dengan Bantuan Masyarakat
Menurut UNESCO (2008), banjir tidak dapat sepenuhnya dihindari, namun masyarakat dapat mengurangi kemungkinan terjadinya banjir dan mengurangi dampaknya dengan melakukan tindakan-tindakan seperti:
Ø Membersihkan selokan, got dan sungai dari sampah dan pasir, sehingga dapat mengalirkan air keluar dari daerah perumahan dengan maksimal.
Ø Membuat sistem dan tempat pembuangan sampah yang efektif untuk mencegah dibuangnya sampah ke sungai atau selokan.
Ø Menambahkan katup pengaturan, drain, atau saluran by-pass untuk mengalirkan air keluar dari perumahan. Memperkokoh bantaran sungai dengan menanam pohon dan semak belukar, dan membuat bidang resapan di halaman rumah yang terhubung dengan saluran drainase.
Ø Memindahkan rumah, bangunan dan konstruksi lainnya dari dataran banjir sehingga daerah tersebut dapat dimanfaatkan oleh sungai untuk mengalirkan air yang tidak dapat ditampung dalam badan sungai saat hujan.
Ø Penghutanan kembali daerah tangkapan hujan sehingga air hujan dapat diserap oleh pepohonan dan semak belukar.
Ø Membuat daerah hijau untuk menyerap air ke dalam tanah.
Ø Melakukan koordinasi dengan wilayah-wilayah lain dalam merencanakan dan melaksanakan tindakan-tindakan untuk menghindari banjir yang dapat juga berguna bagi masyarakat di daerah lain.
Tindakan-tindakan pencegahan ini sebaiknya dimulai dan dilaksanakan 2-3 bulan sebelum musim hujan. Permohonan untuk dukungan dapat ditujukan kepada institusi pemerintahan seperti Departemen Pekerjaan Umum atau Dinas Kebersihan untuk kegiatan-kegiatan tertentu.











BAB III
PENUTUP

A.    Kesimpulan
Dapat digaris bawahi bahwa banjir adalah suatu keadaan dimana sungai ataupun DAS sudah tidak sanggup untuk menahan debit air yang terlalu besar akibat penambahan volume air secara singkat dan berlebihan  karena suatu sebab, bisa karena factor alam, maupun akibat ulah manusia yang menyebabkan rusaknya elemen-elemen yang dapat menahan air tetap berada di dataran tinggi dan tidak langsung mengaliri daerah yang lebih rendah.

Banjir yang terjadi di wilayah semarang disebabkan oleh tiga factor, yaitu banjir akibat kiriman dari daerah lain, banjir local akibat hujan yang mengguyur wilayah tertentu di wilayah semarang dan yang paling umum adalah banjir rob.

Banjir yang terjadi di wilayah semarang maupun wilayah lain memiliki dampak yang nyata bagi lingkungan dan masyarakatnya, mulai dari segi social, ekonomi, pemerintahan, individu maupun kejiwaan.

Namun, setiap masalah pasti ada solusinya, seperti halnya banjir di semarang, kuncinya adalah peran serta semua lembaga masyarakat, mulai dari lembaga pemerintahan, lembaga kemasyarakatan, dan yang utama adalah masing-masing individu harus sadar bahwa wilayah itu milik bersama dan untuk bersama sehingga akan muncul sikap saling menjaga dan melestarikan alam sekitarnya.

B.    Saran
Dalam penanganan masalah-masalah terutama yang menyangkut kelingkungan alam serta kehidupan manusia, perlu adanya kerjasama yang sangat kuat pada masing-masing individu, masyarakat dan lembaga-lembaga yang ada, serta rasa saling menjaga dan memiliki yang akan membuat kita sadar akan berharganya alam dan keseimbangannya

DAFTAR PUSTAKA


Arduino, G., Langenhorst, H., Siska, E. M., 2007, Petunjuk Praktis Partisipasi Masyarakat dalam Penanggulangan Banjir, UNESCO Office Jakarta.

Pramono SS. Analisis Penyelesaian Masalah Banjir di Kota Semarang dengan Pendekatan Sistem Peringkat Komunitas (SPK). Jurnal Desain dan Konstruksi Vol. 1. No.2. Desember 2002:108-115.


Saputro, S., 1998, Telaah Geologi Thread Banjir dan Rob di Kawasan Pantai Semarang, Semarang, http://ik-ijms.com/category/year-1998/volume-iii-10/

Yusuf Y. Anatomi Banjir Kota Pantai Perspektif Geografi. Penerbit Pustaka Cakra Surakarta. 2005.